Jepara menjadi saksi sejarah kehidupan Raden Adjeng Kartini, pejuang emansipasi wanita dalam bidang pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Di Hari Kartini 21 April ini, ayo susuri jejak pejuang ini di kota asalnya.
Raden Adjeng Kartini adalah pahlawan emansipasi wanita yang dikagumi tiap orang, tak kenal batasan zaman. Bahkan, sastrawan Pramoedya Ananta Toer menuangkan kisah pahlawan ini dalam bukunya "Panggil Aku Kartini Saja". Lewat buku ini, para pembacanya pun terpesona. Sosok Kartini adalah 'role model' bagi tiap wanita Indonesia.
"Panggil Aku Kartini Saja" karya Pramoedya Ananta Toer
Satu tempat yang identik dengan jejak langkah Kartini adalah Jepara, kota pelabuhan yang terletak di utara Jawa Tengah. Pada hari peringatan lahirnya Kartini, Sabtu (21/4), ada baiknya Anda menyusuri jejak langkah wanita legendaris ini. Titik yang tepat untuk memulainya adalah Desa Pelemkerep, Kecapatan Mayong, Kabupaten Jepara.
Tepat 133 tahun silam, Kartini lahir di desa ini. Lokasinya sekitar 25 kilometer dari Kota Jepara. Rumah asli tempatnya dilahirkan memang sudah dibongkar habis, tapi Anda bisa melihat Monumen Ari-ari yang terletak di halaman belakangnya. Monumen ini berdiri di lokasi yang ditanami ari-ari atau tali pusar Kartini. Bentuknya bunga teratai, sesuai dengan bunga yang menjadi kesukaan Kartini.
Monumen Ari-ari
Setelah itu, langkahkan kaki Anda menuju Pendopo Kabupaten Jepara. Inilah tempat Kartini menghabiskan waktu remajanya, ketika sang Ayah memegang jabatan Bupati Jepara. Kartini tinggal di sini sebelum dipinang oleh Bupati Rembang di usianya ke-24. Di sini pula Kartini mendapatkan pendidikan, merenungkannya, kemudian mencetuskan pemikiran-pemikirannya tentang emansipasi wanita. Di sini pula, ia memberdayakan masyarakat dengan mendirikan sekolah wanita serta membina para pengrajin ukiran.
Bagian depan Pendopo Kabupaten Jepara
Tempat ketiga yang sekaligus tak boleh dilewatkan adalah Museum Kartini, yang terletak persis di Alun-alun Kota Jepara. Museum ini berisi benda-benda bersejarah peninggalan Kartini dan keluarganya. Walaupun dibangun pada 1975 -jauh setelah Kartini wafat pada 1904- museum ini menjadi bukti historis kehidupan Kartini. Peninggalan yang terdapat di dalamnya antara lain furnitur, mesin jahit, canting, serta berbagai ukiran dan anyaman rotan khas Jepara.
Museum Kartini
Bagian dalam Museum Kartini
Untuk melepas lelah selama perjalanan, inilah destinasi wisata Kartini selanjutnya: Pantai Tirta Samudera atau disebut juga Pantai Bandengan. Di pantai berpasir putih ini, Kartini pernah melakukan percakapan penting dengan salah satu pejabat pemerintah Kolonial Belanda bernama V.H. Abendanon. Waktu itu ia mengajukan beasiswa untuk belajar di Belanda, namun sayangnya usaha ini gagal.
Pantai Bandengan
Tempat terakhir untuk meresapi kehidupan wanita ini adalah Pantai Kartini. Pantai pelabuhan ini punya magnet tersendiri baik dari segi alam maupun sejarah. Walaupun matahari terik bersinar, Anda bisa berteduh di bawah pohon-pohon rindang. Pun panorama matahari terbenam di pantai ini indahnya tak terelakkan. Dulu, ini adalah pantai di mana Kartini menghabiskan waktu senggang bersama saudara-saudara perempuannya. Menyaksikan sang surya perlahan turun ke peraduan.
Sunset di Pantai Kartini
Berkunjung ke tempat-tempat itu akan merekonstruksi ingatan kita akan perjuangan Kartini di masa silam. Kartini telah melakukan banyak hal untuk emansipasi wanita dan pendidikan. Jangan sampai tempat-tempat ini terabaikan lalu ingatan akan Kartini pun terhapus sudah.
sumber
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar